Meski pasaran kondom di Indonesia dibanjiri produk impor, anehnya produk kondom Indonesia sendiri sangat disukai oleh konsumen di kawasan Timur Tengah, Iran, Malaysia dan Filipina.
Produk yang paling disukai itu adalah 'kondom bergerigi' merek Artika bikinan PT Mitra Rajawali Banjaran (anak perusahan PT Rajawali Nusantara Indonesia). Inovasi kondom bergerigi itu rupanya sesuai dengan selera Kaum Adam di kawasan Timur Tengah.
Untuk konsumen Timur Tengah, tentu saja kondom yang dipasarkan ke sana ukurannya lebih besar dibanding yang dipasarkan di Indonesia. Secara fisik saja, ukuran postur orang-orang Timur Tengah lebih besar dibanding lelaki Indonesia. Artinya untuk ukuran kondom pun disesuaikan dengan kebutuhan konsumen di sana.
"Ukurannya tentu beda dengan pasaran dalam negeri, tapi kualitasnya sama," kata Presiden Direktur PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI), Ismed Hasan Putro kepada Tribunews, Selasa 27 Maret 2012.
Anehnya, meski sudah tembus pasaran mancanegara, penguasaan pasar di dalam negeri masih sangat kecil, yakni baru 2 persen. Selebihnya didominasi produk impor seperti Sutera, Durex dan Fiesta. "Per tahun kita bisa produksi hingga 900 ribu gross biji kondom," tutur Ismed.
Seperti diketahui, kondom produksi China pernah dikabarkan ditolak di pasaran Timur Tengah karena ukurannya kekecilan. Tapi Ismed memastikan, produk kondom bikinannya tentu sudah disesuaikan dengan kebutuan pasar tiap negara tujuan ekspor, termasuk Timur Tengah.
Ismed yang juga mantan wartawan itu bertutur, sekitar 15 tahun lalu produksi kondom RNI menguasai 25 persen pasar kondom di Indonesia. Tapi serangan produk impor membuat tergencet di pasaran 2 persen. "Padahal potensi pasar kondom di Indonesia mencapai 190 juta kondom per tahun. Ini potensi luar biasa besar tapi belum digarap serius," tegasnya.
Produk yang paling disukai itu adalah 'kondom bergerigi' merek Artika bikinan PT Mitra Rajawali Banjaran (anak perusahan PT Rajawali Nusantara Indonesia). Inovasi kondom bergerigi itu rupanya sesuai dengan selera Kaum Adam di kawasan Timur Tengah.
Untuk konsumen Timur Tengah, tentu saja kondom yang dipasarkan ke sana ukurannya lebih besar dibanding yang dipasarkan di Indonesia. Secara fisik saja, ukuran postur orang-orang Timur Tengah lebih besar dibanding lelaki Indonesia. Artinya untuk ukuran kondom pun disesuaikan dengan kebutuhan konsumen di sana.
"Ukurannya tentu beda dengan pasaran dalam negeri, tapi kualitasnya sama," kata Presiden Direktur PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI), Ismed Hasan Putro kepada Tribunews, Selasa 27 Maret 2012.
Anehnya, meski sudah tembus pasaran mancanegara, penguasaan pasar di dalam negeri masih sangat kecil, yakni baru 2 persen. Selebihnya didominasi produk impor seperti Sutera, Durex dan Fiesta. "Per tahun kita bisa produksi hingga 900 ribu gross biji kondom," tutur Ismed.
Seperti diketahui, kondom produksi China pernah dikabarkan ditolak di pasaran Timur Tengah karena ukurannya kekecilan. Tapi Ismed memastikan, produk kondom bikinannya tentu sudah disesuaikan dengan kebutuan pasar tiap negara tujuan ekspor, termasuk Timur Tengah.
Ismed yang juga mantan wartawan itu bertutur, sekitar 15 tahun lalu produksi kondom RNI menguasai 25 persen pasar kondom di Indonesia. Tapi serangan produk impor membuat tergencet di pasaran 2 persen. "Padahal potensi pasar kondom di Indonesia mencapai 190 juta kondom per tahun. Ini potensi luar biasa besar tapi belum digarap serius," tegasnya.
Artikel lainnya:
Kesehatan
- Mengobati Gusi Bengkak
- Manfaat kulit manggis
- Cara menghilangkan stretch mark alami
- Kesemutan, mati rasa dan nyeri di paha luar karena Meralgia paresthetica
- Manfaat tomat yang luar biasa
- Penyakit asma dan penyebabnya
- Menghitung Masa Subur
- 2 langkah menghilangkan jerwat dengan cepat dan alami
- 5 Makanan yang dapat mencegah keriput
- Aktivitas janin dalam rahim
- Tips agar cepat hamil
- Naikkan Gairah Bercinta Pria dengan Baju Merah
- Penyebab Kebotakan Pria
- Bahaya! Membersihkan Telinga Terlalu Dalam
- Flu, obati dengan madu
- Penyakit Kutu Air ? Mudah sekali diobatinya.
- Jari tangan kesemutan, hati² mengidap CTS
0 comments :
Post a Comment